RESUME BUKU
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
BAB I. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat secara bahasa diartikan
sebagai cinta kebijaksanaan. Disisi lain Filsafat dapat diartikan sebagai pola
berpikir dengan ciri-ciri tertentu, yakni kritis, sistematis, logis, kontemplatif,
radikal dan spekulatif.
Filsafat pendidikan Islam mengkaji
hakikat dan seluk beluk pendidikan yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah,
merumuskan berbagai pendekatan proses pembelajaran, merumuskan strategi
pembelajaran, kurikulum, dan sistem evaluasi pendidikan dengan landasan yang
digali dari ajaran Islam, serta mengkaji maksud dan tujuan pendidikan Islam
yang khusus maupun yang umum, yang temporal maupun yang eternal.
B.
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Filsafat
pendidikan Islam merupakan pengetahuan yang memperbicangkan masalah-masalah pendidikan
Islam. Ruang lingkup filsafat pendidikan tidak jauh dari beberapa hal dibawah
ini:
1.
Hakikat
para pendidik dan anak didik
2.
Hakikat
materi pendidikan dan metode penyampaian materi
3.
Hakikat
tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan
4.
Hakikat
model-model pendidikan
5.
Hakikat
lembaga formal dan nonformal dalam pendidikan
6.
Hakikat
sistem pendidikan
7.
Hakikat
evaluasi pendidikan
8.
Hakikat
hasil-hasil pendidikan.
Dalam filsafat
pendidikan Islam, selain ruang lingkup diatas terdapat substansi pendidikan
yang sangat penting,bahkan menentukan nilai sebuah proses pendidikan, yaitu :
1. Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran
dalam pendidikan Islam
2. Akhlak Nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan
sebagai pelajaran berharga untuk membentuk akhlak anak didik
3. Keimanan kepada seluruh ajaran Islam yang dapat
diterima oleh hati dan akal yang sehat
4. Kehidupan dunia yang oleh ajaran Islam
dibebaskan pengembangannya
5. Alam semesta yang diciptakan untuk
kemakmuran manusia
6. Baik dan buruk
7. Pahala dan dosa
8. Ikhtiar dan takdir yang menjadi
bagian dari rencana kehidupan manusia dan kehendak Allah yang pasti adanya.
Pada akhirnya pemahaman
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan pendekatan yang
diterapkan adalah sebagai berikut :
1. Ontologi ilmu pendidikan, yang
membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam. Secara
ontologis, pendidikan Islam adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai
makhluk yang berakal dan berpikir
2. Epistimologi ilmu pendidikan, yang
membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan Islam. Objek formal dan materi pendidikan islam
merujuk pada nilai-nilai Al Quran yang universal dan abadi.
3. Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas
hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan Islam. Strategi yang
relevan , yang dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan materi pendidikan
Islam lepada anak didik.
4. Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas
hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan Islam. Hal ini
berkaitan dengan visi dan misi, etika,estetika, tujuan dan target yang akan
dicapai dalam pendidikan.
BAB II. KEDUDUKAN ALAM
SEMESTA, MANUSIA, MASYARAKAT, DAN ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
A. Kedudukan Alam Semesta
Allah sebagai Pencipta, pemilik kasih sayang
untuk segenap makhlukNya. Alam ini tercipta sebagai bukti dari kasih sayang
Allah untuk manusia. Alam tunduk mutlak pada hukum-hukum Allah. Semua alam yang
berjalan sesuai dengan hukumnya menjadi subjek sekaligus objek pendidikan dan
pembelajaran.
Belajar
dari alam semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan
alam semesta bagaikan guru dengan muridnya, pendidik dengan anak didik, bahkan
alam semesta bagaikan literatur yang amat luas dan kaya dengan informasi yang
aktual.
Kedudukan
alam semesta dalam perspektif pendidikan Islam adalah sebagai guru yang
mengajar kepada manusia untuk bertindak sesuai hukum-hukum yang digariskan
Tuhan. Manusia dapat mengambil pelajaran dari alam semesta ini. Manusia harus
memanfaatkan akalnya untuk berpikir tentang pemberdayaan alam bagi manusia.
B. Kedudukan Manusia dan Ilmu Pengetahuan Perspektif Pendidikan Islam
Setiap manusia memiliki pengetahuan karena setiap manusia pernah
mengalami sesuatu, dan setiap pengalamannya dijadikan landasan berpikir dan
bertindak. Pengetahuanpun dapat berasal dari adanya gagasan dalam pemikiran
manusia, gagasan muncul tidak terlepas dari adanya realitas.
Ilmu pengetahuan adalah kebutuhan
mutlak manusia. Diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kemanusiaan.
Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjangkau kehidupan duniawai dan
uhrowinya. Derajat kehidupan manusia akan sangat ditentukan
oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya wajib
dilindungi oleh keimanan. Ilmu dan iman adalah kajian mendasar dari filsafat
pendidikan Islam, yang hakikatnya, semua ilmu digunakan untuk memperkuat
keimanan dan keimanan harus terus ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan.
C.
Kedudukan Masyarakat dalam Filsafat Pendidikan Islam
Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, proses saling
belajar yang dapat berlaku di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat merupakan perjalanan kebudayaan manusia dalam
mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai makhluk yang berbudi
luhur, makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang beragam.
Tujuan utama pendidikan Islam
yang diperoleh anak didik dibangku sekolah adalah agar dimanfaatkan untuk
kehidupan bermasyarakat. Belajar ilmu pengetahuan bertujuan membentuk akhlak
mulia yang nantinya akan terbangun masyarakat yang berakhlak mulia. Masyarakat
berakhlak mulia terbentuk dari kemuliaan akhlak individu-individu yang
membangunnya.
Kedudukan masyarakat dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Masyarakat adalah guru bagi semua
manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran didalamnya.
2.
Masyarakat adalah subjek yang
menilai keberhasilan pendidikan.
3.
Masyarakat adalah tujuan bagi
semua anak didik yang telah belajar di berbagai lingkungan.
4.
Masyarakat adalah ujian paling
sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
5.
Masyarakat adalah cermin
keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
6.
Masyarakat adalah etika dan
estetika pendidikan.
BAB III. HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ETIKA KEILMUAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-,
akhiran –an,,yang maknanya sifat dari
perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh
karena itu pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal
yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilannya.
Pendidikan adalah suatu aktivitas
untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur
hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung dalam kelas, tetapi
berlangsung pula diluar kelas. Pendidikan bukan hanya formal, namun juga nonformal. Secara subtansial, pendidikan
tidak tetrbatas pengembangan intelektual manusia, artinya tidak hanya
meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan
sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.
B. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan menjangkau 4 hal yang sangat mendasar,
yaitu :
1.
Pendidikan pada hakikatnya adalah
proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai
makhluk berpikir.
2.
Pendidikan pada hakikatnya adalah
pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai
dari hasil olah pikirnya.
3.
Pendidikan dilakukan di lembaga
formal dan nonformal, sebagaimana dilaksanakan di sekolah, keluarga dan
lingkungan masyarakat.
4.
Pendidikan bertujuan mewujudkan
masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi dengan indikator
utama peningkatan kecerdasan intelektual masyarakat, etika dan moral masyarakat
yang baik dan berwibawa, serta terbentuknya kepribadian yang luhur.
Hakikat pendidikan dalam Islam adalah kewajiban mutlak yang
dibebankan kepada semua umat Islam, bahkan kewajiban pendidikan atau mencari
ilmu dimulai semenjak bayi dalam kandungan hingga masuk ke liang lahat.
C. Hakikat Pendidik
Pendidik, disebut guru merupakan unsur
manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran
dan perannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempati posisi dan
memegang peranan penting dalam pendidikan.
Hakikat Pendidik adalah Guru, digugu dan ditiru. Pendidik atau guru adalah contoh terbaik bagi
murid-muridnya yang menjadi anak didik. Dalam interaksi edukatif yang
berlangsung antara pendidik dan anak didik, terjadi interaksi yang bertujuan. Tujuan
yang diingin dicapai sebagai tujuan mulia pendidikan.
D. Hakikat Anak Didik
Hakikat anak didik terdiri dari
beberapa macam :
1.
Anak didik adalah darah daging
sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya.
2.
Anak didik adalah semua anak yang
berada dibawah bimbingan pendidik di lembaga formal.
3.
Anak didik secara khusus adalah
orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang bertujuan menimba
ilmu kependidikan.
Anak didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Tugas
utama anak didik adalah belajar, menuntut ilmu dan mempraktikkan ilmu
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB IV. ETIKA KEILMUAN DALAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Etika Pragmatis dalam
Pendidikan Islam
Etika dalam kajian filsafat
merupakan bagian dari aksiologi karena etika berbicara tentang tujuan yang
hendak dicapai dalam segala sesuatu. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat
yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu adalah apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Pragmatisme filsafat pendidikan
Islam adalah tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk
membentuk anak didik yang bertakwa kepada Allah berkepribadian luhur, berilmu
pengetahuan luas, terampil dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pragmatisme menegaskan bahwa pendidikan Islam diberikan kepada anak didik agar
memiliki keahlian duniawi dan ukhrawi. Keduanya harus memberikan keuntungan.
B.
Positivisme dalam Etika Keilmuan
Etika keilmuan yang menganut
positivisme akan mempertegas tentang kebenaran pengetahuan terletak pada
konkret dan indrawi. Namun etika keilmuan yang dibangun oleh filsafat
pendidikan Islam tidak menganut paham positivisme, meskipun mengakui kebenaran
yang menggunakan paham tersebut. Dalam Islam, kebenaran yang hakiki hanya
kebenaran Tuhan, selain kebenaran Tuhan, hanyalah kebenaran nisbi. Kebenaran
nisbi diyakini sebagai cara menuju kebenaran hakiki.
C. Etika Keilmuan pada Zaman
Renaisance dan Humanisme
Pada zaman renaisance muncul dua
paham dalam etika keilmuan yaitu rasionalisme dan humanisme. Etika keilmuan
yang menganut paham rasionalisme tidak mempertimbangkan kebenaran atas dasar
nilai-nilai sakral dalam agama. Rasio adalah ukuran utama dalam menentukan
kebenaran.
Sedangkan Humanisme menetapkan kebenaran berpusat pada
manusia. Dalam pendidikan Islam, humanisme yang dimaksudkan adalah tentang
kemuliaan manusia karena Allah memuliakannya. Kemuliaan manusia harus dibentuk
oleh iman dan amal saleh. Iman adalah landasan spiritual, sedangkan amal saleh
adalah perpaduan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengantarkan manusia
bermanfaat bagi sekitarnya.
Perspektif Pendidikan Islam harus membangun etika keilmuan
sebagai berikut :
1.
Semua ilmu bersumber dari Allah
atau Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Semua Ilmu wajib digali sebanyak
mungkin, karena Islam mewajibkan menuntut ilmu sejak dalam kandungan hingga
meninggal.
3.
Setiap ilmu yang dimiliki harus
diamalkan, meski sekecil apapun.
4.
Setiap ilmu yang dimiliki harus
menjadi cahaya kehidupan dan menolong orang awam.
5.
Setiap ilmu yang dimiliki harus
disebarkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
6.
Setiap ilmu yang dikembangkan
harus mempermudah usaha manusia dalam mempertahankan kehidupannya dan tidak
mendatangkan kemudharatan.
BAB V. HAKIKAT KURIKULUM,
ALAT-ALAT PENDIDIKAN, DAN EVALUASI
A. Pengertian Kurikulum dan
Hakikatnya
Kurikulum adalah semua rencana yang
terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua
usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
disepakati.
Aktivitas sekolah berkaitan dengan
tiga tujuan yang hendak dicapai dari ranah kognitif, yakni upaya pencerdasan
anak didik, ranah afektif sebagai upaya pencerdasan emosional dan ranah
psikomotorik sebagai upaya pencerdasan perilaku keterampilan. Kurikulum
haruslah memperhatikan semua aspek yang direncanakan dalam pendidikan yang
bertujuan mencapai tiga ranah tersebut
B. Hakikat Kurikulum
Hakikat kurikulum adalah model yang
diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan
tujuan pendidikan yang disepakati. Pedoman rencana pembelajaran tidak bersifat
kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoritis dan aplikatif.
Kurikulum yang dijadikan standar
mutu pendidikan islam perlu memperhatikan beberapa prinsip dibawah ini :
1.
Prinsip pertautan dengan
nilai-nilai ajaran Islam. Seluruh rencana pengajaran yang didalamnya terdapat
proses pembelajaran, materi pelajaran, tujuan, metode dan evaluasi harus
berkaitan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
2.
Prinsip Universal, yang
memperhatikan semua aspek kebutuhan manusia sebagai anak didik, baik jasmani
maupun rohani.
3.
Prinsip Keseimbangan. Kurikulum
harus berisi rencana pengajaran yang seimbang untuk kebutuhan dunia dan
akhirat.
4.
Prinsip interaksional edukatif,
artinya kurikulum disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik sehingga
terjadi interaktif antara rencana pengajaran dengan mentalitas dan daya
berpikir anak didik.
5.
Prinsip fleksibilitas, artinya
kurikulum dengan dinamis dan selalu aktual.
6.
Prinsip empiristik, artinya
kurikulum tidak henti-hentinya dikembangkan dengan didasarkan pada pengalaman
perkembangan dunia pendidikan, kebutuhan siswa, kebutuhan siswa, kebutuhan
masyarakat, penemuan ilmiah, hasil penelitian sosial dan perkembangan situasi
sosial.
C. Hakikat Alat-Alat
Pendidikan
Alat pendidikan berarti media yang
dimanfaatkan untuk pendidikan. Alat pendidikan juga diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Beberapa alat pendidikan yang sangat
penting adalah sebagai berikut :
1.
Pendidik
2.
Lembaga pendidikan
3.
Anak didik
4.
Sarana dan prasarana pendidikan
5.
Perpustakaan
6.
Kompetensi pendidik
7.
Metodologi pendidikan
8.
Manajemen pendidikan
9.
Strategi pembelajaran
10.
Evaluasi pendidikan dan evaluasi
belajar
D. Hakikat Evaluasi
Pendidikan
Evaluasi pendidikan diartikan
sebagai penilaian pendidikan yaitu kegiatan menilai yang terjadi dalam
aktivitas pendidikan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan anak
didik dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, baik yang sifatnya teoritis,
metodologis, materi maupun substansinya. Yang dievaluasi adalah tiga ranah
dalam tujuan pendidikan, yakni kognitif, afektif dan psikomotor.
BAB VI. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM
A. Dasar-Dasar Sistem
Pendidikan Islam
Dasar sistem pendidikan Islam adalah
tempat berpijak atau landasan untuk menentukan sistem pendidikan yang ada.
Adapun dasar-dasar kuat sebuah sistem pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.
Al Quran
Al Quran merupakan dasar pendidikan Islam. Banyak ayat dan
surat dalam Al Quran yang merupakan perintah atau petunjuk yang dapat digunakan
untuk menyusun sebuah sistem pendidikan.
2.
As Sunnah
As Sunnah merupakan barometer keberhasilan Allah
menghadirkan manusia teladan yang sempurna, yaitu Nabi Muhammad. Pendidikan
yang mencerminkan teladan Nabi Muhammad adalah sistem pendidikan yang bertujuan
membentuk anak didik memiliki akhlak atau perilaku seperti nabi, yaitu jujur,
dapat dipercaya, mengamalkan ilmunya, menebarkan manfaat serta menjaga nama
baik agama Islam.
3.
Atsar dan Ijma’ sahabat
Atsar dan ijma’ sahabat menjadi dasar pendidikan Islam.
Sebagaimana dalam sejarah digambarkan bahwa para sahabat bergotong royong
membangun Masjid nabawi sebagai pusat pendidikan bagi kaum muslim saat itu.
4.
Ijtihad Ulama
Ijtihad para ulama dijadikan dasar pendidikan islam, karena
menurut sejarah banyak Ulama yang mendirikan dan membangun lembaga pendidikan.
Ijtihad yang dijadikan dasar adalah ijtihad yang berpijak pada Al Quran dan As
Sunnah.
B. Pendidikan Islam sebagai
Sistem Kebenaran Universal
Sistem pendidikan islam dan pendidikan Islam
sebagai seistem adalah intergralitas anatara unsur – unsur di bawah ini ;
1.
Integralitas unsur Ilahiah, alamiah dan insaniah
2.
Integralitas antara hati akal dan panca indra.
3.
Integralitas antara ilmu pengetahuan, hidayah, dan sumber ilmu pengetahuan.
Tiga unsur tersebut diatas harus merupakan sistem terpadu
dan universal yang akan diterapkan dalam pendidikan Islam. Kebenaran universal
artinya tidak mengenal situasi dan kondisi karena memiliki fleksibilitas yang
tinggi, tidak mengenal kadaluwarsa karena kebenarannya bukan semata-mata
materiil, melainkan juga substansional, bukan sebatas tekstual, melainkan juga
kontekstual, bukan sebatas fisikal, melainkan juga metafisikal, natural dan
supranatural, rasional dan suprarasional.
C. Tujuan Sistemik Pendidikan
Islam
Dalam ajaran Islam, seluruh aktivitas manusia bertujuan
untuk tercapainya insan yang beriman dan bertakwa. Apabila anak didik telah
beriman dan bertakwa, artinya tujuannya telah tercapai.
Tujuan pendidikan Islam dapat disistemasikan sebagai
berikut :
1.
Terwujudnya insan akademik yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
2.
Terwujudnya insan kamil yang
berakhlakul karimah.
3.
Terwujudnya insan muslim yang
berkepribadian.
4.
Terwujudnya insan yang cerdas
dalam mengaji dan mengkaji ilmu pengetahuan.
5.
Terwujudnya insan yang bermanfaat
untuk kehidupan orang lain.
6.
Terwujudnya insan yang sehat
jasmani dan rohani.
7.
Terwujudnya karakter muslim yang
menyebarkan ilmunya kepada sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar