Kamis, 08 Juni 2017

~Ramadhan kedua tanpa Ibu~


Sesaat diputuskan oleh Pemerintah bahwa esok adalah 1 Ramadhan, maka kami sekeluarga bergegas bersiap untuk menyambut tarawih pertama. Alhamdulillah semangat umat memakmurkan masjid dan menyambut bulan mulia sangat terasa kuat pada 1 Ramadhan. Sehingga berimbas pada kami yang datang terlambat dan bermasbug untuk sholat isya’. Alhamdulillah..bersyukur berjumpa Ramadhan Kariim.

Ramadhan, identik dengan bulan berkumpul dengan keluarga. Banyak aktivitas yang dapat kita lakukan bersama keluarga. Mulai sahur bersama, berbuka bersama, sholat berjamaah, menyiapkan takjil, tadarus hingga membereskan rumah. Kebahagiaan melakukan hal-hal positif bersama keluarga yang insyaAllah dapat membangun ikatan dalam sebuah keluarga.

Image may contain: 9 people, people smiling

Ibu bersama cucu-cucunya di Syawwal Terakhir beliau…

Teringat masa-masa masih bersama bapak dan ibu. Bagaimana bapak dan ibu selalu mencontohkan aktivitas positif (ibadah) di bulan Ramadhan. Bagaimana beliau berdua selalu teguh membimbing kami untuk dapat melewati Ramadhan dengan sejuta kesan sekaligus pesan. Dengan sabar, sambil membawa secangkir kopi, ibu membangunkan saya untuk makan sahur. Menyiapkan masakan kesukaan agar saya antusias untuk santap sahur. Ibu yang selalu menjadi ibu peri buat saya.

Ibu yang selalu membesarkan dan meneguhkan saya untuk menahan lapar dan haus saya agar bisa mencapai beduk maghrib, sekalipun seharian saya habiskan dengan bermain. Ibu yang menyiapkan hadiah-hadiah khusus jika saya bisa tekun dan teguh menjalani puasa saya. Ibu yang dengan sabar membujuk saya untuk ikut bertarawih, mendengarkan tausiyah dan menjalankan sholat witir hingga tuntas. Oh ibu, beliau motivator terbaik yang tak tergantikan.

Ibu yang disela-sela aktivitas ibadah beliau menjahit mukenah dan baju lebaran buat saya dan kakak perempuan saya. Ibu yang selalu siap dengan berbagai menu yang selalu menggoda dan menumbuhkan selera makan kami. Ibu yang masih punya tenaga untuk membuat kastangel dan nastar untuk sajian lebaran. Oh Ibu yang super woman bagi saya.

Hingga ketika ibu menghabiskan Ramadhan bersama keluarga kecil saya. Dengan fisiknya yang prima ibu tetap istiqomah berpuasa hingga akhir, tarawih, tadarus, tahajjud dan sesekali memasak buat takjil atau sahur kami. Oh ibu, hingga saya menjadi ibu pun beliau tetap ibu yang hebat buat saya. Dan saya selalu terkenang.

Menginjak hari ke 7 Ramadhan, entah mengapa Ramadhan masa kecil saya seperti terpampang jelas di mata saya saat menjalani sholat tarawih. Sejenak saya mengirim fatihah untuk kedua orangtua saya. Tapi saya merasakan rindu yang tidak terdefinisikan akan kehadiran beliau berdua. Rindu untuk mencium tangan beliau berdua setiap kami berpamit. Kangen bagaimana kami mempersiapkan mudik 4 hari dengan koper besar. Terbayang suasana lebaran yang marak dan rumah yang penuh tamu pada hari pertama. Bagaimana kami mempersiapkan seteko besar sirup, Karena dulu belum ada air kemasan praktis dan ibu selalu sabar untuk menyambut tamu dan menyiapkan itu smua. Allahumaghfirlahum, warhamhum wa’afihi wa’fuanhum. Bahagiakan beliau berdua Ya Allah. Kami anaknya menjadi saksi kebaikan-kebaikan beliau berdua.

Menjelang sahur 10 Ramadhan, saya terkaget dan terbangun Karena merasa dibangunkan oleh ibu untuk santap sahur setelah beliau menyiapkan semua. Saya lihat jam, sudah pul 03.25. masyaAllah hampir imsyak dan  tidak leluasa untuk menyiapkan hidangan sahur. Alhamdulillah masih ada waktu untuk menyantap makanan seadanya. Dan ibu tetap hadir di Ramadhan ini meski lewat mimpi untuk terus membimbing kami menjalankan Ramadhan dengan penuh suka cita.

Ramadhan kedua tanpa ibu..masih sangat pilu dan merindukan beliau…


14 Ramadhan 1438 H

Image may contain: 16 people, people smiling

Tidak pernah tahu, bahwa ini syawal terakhir kami bersama ibu…

Image may contain: 7 people

Maafkan kami bu…