KONGKOW
PARENTING CHAPTER 1
“ANAK
KITA BUKAN KITA”
Bersama
Bp. M. Ikhsan dan Bp. Munif Chatib
Alhamdulillah, berkesempatan mengikuti acara kongkow
parenting bersama beliau berdua, menimba banyak ilmu praktis keorangtuaan.
Karena memang sejauh ini, menjadi orangtua sejatinya haruslah menjadi
pembelajar yang terus menerus, agar mampu mengemban amanah terbaik dari Allah
SWT, yaitu ANAK.
Acara dibuka dengan sambutan Prof. Budi, Pembantu Dekan
FISIP UNAIR sebagai tuan rumah. Sekilas beliau menyampaikan keprihatinan pada
generasi muda saat ini, dengan mencontohkan perilaku mahasiswanya, beliau menyampaikan
baru saja mengeluarkan nilai ‘E’ untuk 19 orang mahasiswanya yang memiliki
tugas yang seragam..sama persis…
Berikutnya Pak Ikhsan, selaku kepala Dinas Pendidikan Surabaya,
membuka acara ini dengan memaparkan beberapa fakta perilaku anak-anak hingga
remaja di Surabaya yang selama ini menjadi ranah tanggungjawab Dinas
Pendidikan. Disamping itu, beliau juga menyampaikan beberapa program yang telah
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Surabaya dalam upayanya memaksimalkan
pendidikan karakter anak-anak hingga remaja di Surabaya.
Beberapa fakta yang mengejutkan (bagi saya) setelah
kasus YY di Bengkulu dan kasus X di Surabaya, yang pelakunya ada yang masih
kelas 3 SD, adalah, pola ‘interaksi pertemanan’ dengan lawan jenis yang sudah
semakin intim dan vulgar serta kontrol sosial yang semakin lemah di Surabaya.
jika dahulu, anak-anak mendapat sanksi sosial dengan mudah ketika berperilaku
memalukan, saat ini, orang dewasa yang ada cenderung mengabaikan dan menganggap
hal tersebut bukan menjadi tanggungjawab bersama.
Disamping itu, pihak pemkot dan dinas pendidikan
Surabaya, selama ini secara rutin telah melakukan razia malam yang
‘menghasilkan’ anak-anak dibawah 18 tahun sukses terjaring sebanyak satu truk
satpol PP. Ketika akan dikembalikan pada orangtuanya, banyak orangtua yang
tidak mengakui bahwa salah satunya anaknya atau mereka memberikan data orangtua
‘palsu’.
Beberapa program yang sudah dijalankan oleh dinas
pendidikan Surabaya adalah konselor sebaya. Konselor sebaya, adalah program
yang mengaktifkan siswa untuk mampu menjadi teman curhat dan aware terhadap
perubahan perilaku teman sebayanya. Hal ini diharapkan mampu meredam
‘kegalauan’ remaja yang sedang bermasalah agar tidak mencari pelampiasan pada
hal-hal negatif dan membahayakan.
Disamping itu, dinas pendidikan Surabaya juga
bekerjasama dengan BNN untuk aktif berkampanye anti narkoba dengan memasukkan
kurikulum anti narkoba pada pembelajaran tematik yang ada. Satu lagi program
yang telah berjalan hampir satu tahun adalah “kampunge arek suroboyo” dimana
mencoba mengaktifkan kembali seluruh lapisan masyarakat agar mampu berperan
sebagai ‘orangtua’ bagi setiap anak di Surabaya.
|
Pak Ikhsan menutup pemaparannya dengan peribahasa dari
Arab “jangan mengharapkan bayangan itu lurus, jika barang aslinya bengkok”.
Beliau menganalogikan bahwa orangtua adalah barang asli dan bayangan adalah
anak, maka jika ingin memiliki anak yang baik, sukses, maka jadilah orangtua
yang baik. Dan forum kongkow parenting adalah salah satu sarana belajar
orangtua untuk berproses menjadi orangtua yang baik untuk anak-anaknya.
Pembicara berikutnya adalah Bp. Munif Chatib. Pakar
parenting yang sudah tidak asing dengan karya-karyanya yang fenomenal
diantaranya “orangtuanya manusia”. Beliau membuka pemaparan materinya dengan
menyampaikan kenapa forum parenting itu PENTING. Diantaranya adalah karena
kebutuhan sekolah, kepentingan kinerja pekerja di perusahaan dan kebutuhan
Negara Indonesia.
Parenting diawali adalah dengan mengenali anak kita.
Dan pelajaran hari ini terdapat 9 poin yaitu :
1.
Anak
kita bukan KITA. Puisi yang ditulis Khalil Gibran menjadi
dasar renungan bagi kami sebagai peserta saat itu. Disamping itu Mendikbud
kita, Bp. Anis Baswedan menyampaikan bahwa : anak-anak kita hidup di abad 21,
orangtuanya hidup diabad 20 sedang sekolah-sekolah yang ada masih dengan sistem
abad 19. Sungguh jurang yang harus disadari setiap orangtua, bahwa tantangan
anak-anak kita berbeda dengan orangtuanya maka sebagai orangtua harus terus
belajar memahami situasi untuk dapat menerapkan pola asuh yang tepat.
2. Yakin, setiap anak memiliki potensi,
bagaimanapun kondisinya. Pak Munif kembali menceritakan kisah
yang sudah beliau sampaikan dibuku “orangtuanya manusia” yaitu kisah Achmad.
Dimana Achmad adalah menyandang cerebral
palsy yang membawa pengaruh sangat banyak bagi orangtuanya, sehingga
orangtuanya berubah menjadi orangtuanya manusia, bertransformasi sebagai
seseorang yang selalu mendekati Sang PenciptaNya.
Potensi seorang anak dapat muncul
sebagai KEMAMPUAN anak atau muncul sebagai PENGARUH pada lingkungannya.
3. Potensi itu BAKAT, fitrah dari TUHAN. Sifatnya
terpendam, harus dipantik, dipengaruhi pola asuh serta ada kemungkinan tidak
muncul jika tidak ada pemantik dan kesempatan yang muncul.
4. Bakat, terkait dengan pemenuhan
kebutuhan anak. Seorang anak dimungkinkan tidak memunculkan
bakatnya dikarenakan belum terpenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, orangtua
haruslah peka terhadap kebutuhan anak.
5. Bakat terlihat dari RASA SUKA. Kenali
rasa suka anak akan suatu hal.
6. Bakat biasanya memunculkan banyak
SPECIAL MOMENT atau kejadian yang luar biasa.
7. Bakat itu Pembelajar Cepat. Rasa
suka yang ditemukan harus ditindak lanjutu dengan merumahakademiskan (ada
silabus), jika dipelajari dengan cepat maka itulah abakat anak kita. Namun jika
terhambat, jangan dipaksa.
8. Orangtua harus menjadi KATALISATOR
bakat anak. Berikan pengalaman yang menyenangkan pada anak-anak
kita. Jangan terus melihat kelemahan anak.
9. Sekolah harus menjadi Pengembang bakat
anak.
Kongkow parenting juga diakhiri dengan sesi sharing dan
Tanya jawab dari beberapa peserta. Banyak pelajaran yang didapatkan dari forum
ini, semoga istiqomah, berkembang dan berkah. Amiin.