IDEALISME?? ..Bagaimana
menyikapinya..
Hasil sharing sore bersama
sahabat lama…terimakasih..
Sebagai seorang individu,
bahkan manusia yang berpendidikan, kita memiliki idealisme tersendiri dalam
menyikapi sebuah sistem atau fenomena masalah. Kita memiliki argumen-argumen
tertentu berdasarkan pemikiran dan mungkin sedikit pengetahuan kita tentang hal
tersebut. Dan kita berupaya mempresentasikannya dalam sikap, berbicara bahkan
mungkin tingkah laku yang kita rasa dapat mengungkapkan idealisme kita.
Sebagai makhluk sosial, kita
tidak terlepas dalam hubungan dengan manusia lain. Bahkan kita ada didunia ini
pun melibatkan Ibu dan ayah kita. Manusia lain bukan?..ketika idealisme kita
bertabrakan dengan idealisme orang lain, bagaimana sikap kita?
Mempertahankan mati-matian?
Bersikap fleksibel dan
menyesuaikan?
Atau kita membunuh idealisme
kita?
Sudah jamak dipahami bahwa
manusia yang berhasil relasi sosialnya adalah ia yang dapat diterima.
Penerimaan terhadap orang tersebut bukan tanpa alasan, tapi bagaimana orang
tersebut membawa diri dan idealismenya sebagai sebuah paket yang nyaman
didengar dan dipandang orang merupakan alasan terpenting bagi orang tersebut
untuk dapat diterima dan dikenang
Mempertahankan idealisme
mati-matian, dapat berbagai macam caranya. Ada yang memang ia memaksa sebagian
orang mengikuti keinginannya atau ia memilih mengundurkan diri dari
komunitasnya dalam rangka mempertahankan idealismenya.
Keduanya pilihan, ketika kita
memaksa, refleksikan itu dalam diri anda. Apakah memang idealisme yang anda
pertahankan itu benar-benar prinsip dan memiliki dasar yang kuat. Kalau dalam
dunia ilmiah adalah memiliki evidence
based. Karena kita kita mantap beridealisme ria dan kukuh memegangnya, dia
akan menguasai diri kita, sehingga manifestasi yang nampak oleh orang lain
adalah ”kita merasa sangat benar”. Bagaimana ketika ada disekitar kita, kita
menjumpai orang yang demikian?
Menurut saya, sangat tidak
nyaman bertemu dengan orang tersebut. Bisa jadi akan muncul bentuk-bentuk
agresivitas yang dapat merusak hubungan. Ataupun ketika kita memilih
meninggalkan komunitas dengan tujuan mempertahankan idealisme, kita harus dapat
memastikan bahwa pilihan kita pun memiliki dasar prinsip yang tepat
Dan manusia adaptiflah yang
mampu bertahan dalam perang idealisme tersebut. Ia mampu secara asertif
mengungkapkan idealismenya namun bersikap fleksibel dan mengelola emosinya
untuk dapat menerima perbedaan idealisme. Ia akan menggunakan cara-cara yang
benar dan tepat dalam menyampaikan keinginannya tanpa bermaksud secara
revolusioner mengubah cara pandang ataui sebuah sistem untuk dapat menerima
ide-idenya. Kita merasa benar tapi bukan paling benar. Kita memiliki pendapat,
tapi orang lain pun mempunyai hak yang sama berpendapat. Akibatnya adalah
saling menghormati dan menghargai. Sehingga tercipta sebuah hubungan yang
harmonis.
Membunuh idealisme menjadi
pilihan yang kurang tepat ketika kita belum mengungkapkannya secara baik.
Karena pelan tapi pasti kita menjadikan pemikiran kita tidak berkembang dan
tidak kritis memandang sebuah permasalahan. Kita hanya mengikuti secara buta
apa pendapat orang tanpa kita tahu apa sebenarnya keinginan kita.
Jadi tidak ada salahnya kita
belajar mengembangkan asertivitas dalam mengungkapkan idealisme. Karena
mempertahankan dengan cara tidak benar akan banyak melukai komunitas. Dan
membunuhnya berarti melukai diri sendiri.
Selamat belajar.....