Kamis, 10 September 2015

Media Televisi, kawan ataukah lawan bagi keluarga? *

Diyana Rochmawati, S.Psi **




Televisi, sejak 30 tahun terakhir sudah bukan menjadi barang mewah bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, saat ini setiap rumah atau setiap keluarga selalu memiliki televisi. Dan rata-rata televise yang ada merupakan telivisi dengan tekhnologi terkini.
Sudah lama terjadi perdebatan, tentang manfaat televise bagi keluarga. Sebagian pakar pendidikan menyajikan beberapa penelitian tentang bahaya televisi. Namun hal tersebut belum mampu menggoyahkan kebutuhan hiburan televisi dalam keluarga. AAP (American Academic Pediatrics) dalam salah satu jurnalnya menyarankan setiap anak diatas 2 tahun hanya boleh melihat televise maksimal 2 jam dalam sehari. Dan kesempatan 2 jam tersebut hanya boleh digunakan untuk melihat program-program yang mendidik dan membangun karakter anak.

Mengapa demikian?

Karena beberapa penelitian juga menyebutkan beberapa akibat buruk yang ditimbulkan apabila seorang anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama televise. 

Diantaranya :
1.       Gangguan konsentrasi. Televisi menyajikan berbagai macam spektrum warna dan perubahan tayangan yang begitu beragam durasinya. Bahkan disinyalir seorang anak hanya mampu mempertahankan perhatian, sesuai dengan durasi iklan.

2.       Gangguan bahasa. Beberapa tayangan televisi memperlihatkan dialog-dialog yang kurang dapat merangsang perkembangan bahasa seorang anak. Terutama tayangan film anak-anak yang dengan tokoh binatang.

3.       Obesitas. Dengan banyak menghabiskan waktu didepan televisi, seorang anak jarang melakukan aktivitas fisik (bergerak) dan ngemil. Hal ini yang dapat menimbulkan kasus obesitas pada sebagian anak-anak

4.       Gangguan relasi sosial. Kenyamanan berada didepan televisi, membuat anak hanya berinteraksi dengan televisi dan mengurangi kesempatan membangun relasi pertemanan dengan sebayanya. Ia menjadi canggung, kurang dapat mengawali pembicaraan atau mungkin kurang dapat berempati terhadap apa yang dirasakan temannya. Disamping itu relasi dengan anggota keluarga yang lain pun akan terganggu

5.       Gangguan Belajar. Secara tidak langsung, durasi melihat televisi yang lama akan membuat seorang anak kurang bersemangat untuk belajar atau mengulang pelajarannya, akibatnya prestasi sekolah akan menurun.

6.       Perilaku agresif. Tayangan-tayangan di televisi yang menyajikan kekerasan, jika tanpa pendamp[ingan akan ditelan mentah-mentah oleh anak yang menontonnya. Dan anak sebagai peniru ulung akan mempraktikkan apa yang dilihatnya tersebut

Demikianlah beberapa dampak buruk yang mungkin muncul jika kita tidak melakukan pembatasan atau pendampingan bagi anak-anak kita dalam memanfaatkan media televisi sebagai media hiburan yang tergolong murah saat ini.
Namun peniadaan televisi juga bukan solusi. Ketika kita semena-mena meniadakan televisi di rumah, sang anak akan dengan mudah mendapatkan televise, di fasilitas umum, atau di rumah temannya. Akan sama bahayanya jika kita tidak mengarahkan atau melakukan pendampingan.
Tidak dapat dipungkiri, beberapa content televisi masih kita butuhkan. Selain menghibur, kita juga harus pandai memanfaatkan televisi sebagai media pendidikan bagi anak-anak kita. Jadi yang diperlukan saat ini adalah pemilihan program yang tepat dan pendampingan yang intens.

*) disampaikan pada talkshow sam fm, 8 Sept 2015
**) Ibu rumah tangga, yang mencoba memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya di rumah.
Praktisi ilmu psikologi, yang saat ini masih terus belajar perkembangan ilmu psikologi.