Media Televisi, kawan ataukah lawan bagi keluarga? *
Diyana Rochmawati,
S.Psi **
Televisi, sejak 30 tahun terakhir sudah bukan menjadi barang
mewah bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, saat ini setiap rumah atau setiap
keluarga selalu memiliki televisi. Dan rata-rata televise yang ada merupakan
telivisi dengan tekhnologi terkini.
Sudah lama terjadi perdebatan, tentang manfaat televise bagi
keluarga. Sebagian pakar pendidikan menyajikan beberapa penelitian tentang
bahaya televisi. Namun hal tersebut belum mampu menggoyahkan kebutuhan hiburan
televisi dalam keluarga. AAP (American Academic Pediatrics) dalam salah satu
jurnalnya menyarankan setiap anak diatas 2 tahun hanya boleh melihat televise
maksimal 2 jam dalam sehari. Dan kesempatan 2 jam tersebut hanya boleh
digunakan untuk melihat program-program yang mendidik dan membangun karakter
anak.
Mengapa demikian?
Karena beberapa penelitian juga menyebutkan beberapa akibat
buruk yang ditimbulkan apabila seorang anak lebih banyak menghabiskan waktu
bersama televise.
Diantaranya :
1. Gangguan
konsentrasi. Televisi menyajikan berbagai macam spektrum warna dan perubahan
tayangan yang begitu beragam durasinya. Bahkan disinyalir seorang anak hanya
mampu mempertahankan perhatian, sesuai dengan durasi iklan.
2. Gangguan
bahasa. Beberapa tayangan televisi memperlihatkan dialog-dialog yang kurang
dapat merangsang perkembangan bahasa seorang anak. Terutama tayangan film
anak-anak yang dengan tokoh binatang.
3. Obesitas.
Dengan banyak menghabiskan waktu didepan televisi, seorang anak jarang
melakukan aktivitas fisik (bergerak) dan ngemil. Hal ini yang dapat menimbulkan
kasus obesitas pada sebagian anak-anak
4. Gangguan
relasi sosial. Kenyamanan berada didepan televisi, membuat anak hanya
berinteraksi dengan televisi dan mengurangi kesempatan membangun relasi
pertemanan dengan sebayanya. Ia menjadi canggung, kurang dapat mengawali
pembicaraan atau mungkin kurang dapat berempati terhadap apa yang dirasakan
temannya. Disamping itu relasi dengan anggota keluarga yang lain pun akan
terganggu
5. Gangguan
Belajar. Secara tidak langsung, durasi melihat televisi yang lama akan membuat
seorang anak kurang bersemangat untuk belajar atau mengulang pelajarannya,
akibatnya prestasi sekolah akan menurun.
6. Perilaku
agresif. Tayangan-tayangan di televisi yang menyajikan kekerasan, jika tanpa
pendamp[ingan akan ditelan mentah-mentah oleh anak yang menontonnya. Dan anak
sebagai peniru ulung akan mempraktikkan apa yang dilihatnya tersebut
Demikianlah beberapa dampak buruk yang mungkin muncul jika
kita tidak melakukan pembatasan atau pendampingan bagi anak-anak kita dalam
memanfaatkan media televisi sebagai media hiburan yang tergolong murah saat
ini.
Namun peniadaan televisi juga bukan solusi. Ketika kita
semena-mena meniadakan televisi di rumah, sang anak akan dengan mudah
mendapatkan televise, di fasilitas umum, atau di rumah temannya. Akan sama
bahayanya jika kita tidak mengarahkan atau melakukan pendampingan.
Tidak dapat dipungkiri, beberapa content televisi masih kita
butuhkan. Selain menghibur, kita juga harus pandai memanfaatkan televisi
sebagai media pendidikan bagi anak-anak kita. Jadi yang diperlukan saat ini
adalah pemilihan program yang tepat dan pendampingan yang intens.
*) disampaikan pada talkshow sam fm, 8 Sept 2015
**) Ibu rumah tangga, yang mencoba memberikan pendidikan
terbaik untuk anak-anaknya di rumah.
Praktisi ilmu psikologi, yang saat ini masih terus belajar
perkembangan ilmu psikologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar