Minggu, 15 Mei 2016

KONGKOW PARENTING CHAPTER 1
“ANAK KITA BUKAN KITA”
Bersama Bp. M. Ikhsan dan Bp. Munif Chatib



Alhamdulillah, berkesempatan mengikuti acara kongkow parenting bersama beliau berdua, menimba banyak ilmu praktis keorangtuaan. Karena memang sejauh ini, menjadi orangtua sejatinya haruslah menjadi pembelajar yang terus menerus, agar mampu mengemban amanah terbaik dari Allah SWT, yaitu ANAK.

Acara dibuka dengan sambutan Prof. Budi, Pembantu Dekan FISIP UNAIR sebagai tuan rumah. Sekilas beliau menyampaikan keprihatinan pada generasi muda saat ini, dengan mencontohkan perilaku mahasiswanya, beliau menyampaikan baru saja mengeluarkan nilai ‘E’ untuk 19 orang mahasiswanya yang memiliki tugas yang seragam..sama persis…

Berikutnya Pak Ikhsan, selaku kepala Dinas Pendidikan Surabaya, membuka acara ini dengan memaparkan beberapa fakta perilaku anak-anak hingga remaja di Surabaya yang selama ini menjadi ranah tanggungjawab Dinas Pendidikan. Disamping itu, beliau juga menyampaikan beberapa program yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Surabaya dalam upayanya memaksimalkan pendidikan karakter anak-anak hingga remaja di Surabaya.

Beberapa fakta yang mengejutkan (bagi saya) setelah kasus YY di Bengkulu dan kasus X di Surabaya, yang pelakunya ada yang masih kelas 3 SD, adalah, pola ‘interaksi pertemanan’ dengan lawan jenis yang sudah semakin intim dan vulgar serta kontrol sosial yang semakin lemah di Surabaya. jika dahulu, anak-anak mendapat sanksi sosial dengan mudah ketika berperilaku memalukan, saat ini, orang dewasa yang ada cenderung mengabaikan dan menganggap hal tersebut bukan menjadi tanggungjawab bersama.

Disamping itu, pihak pemkot dan dinas pendidikan Surabaya, selama ini secara rutin telah melakukan razia malam yang ‘menghasilkan’ anak-anak dibawah 18 tahun sukses terjaring sebanyak satu truk satpol PP. Ketika akan dikembalikan pada orangtuanya, banyak orangtua yang tidak mengakui bahwa salah satunya anaknya atau mereka memberikan data orangtua ‘palsu’.

Beberapa program yang sudah dijalankan oleh dinas pendidikan Surabaya adalah konselor sebaya. Konselor sebaya, adalah program yang mengaktifkan siswa untuk mampu menjadi teman curhat dan aware terhadap perubahan perilaku teman sebayanya. Hal ini diharapkan mampu meredam ‘kegalauan’ remaja yang sedang bermasalah agar tidak mencari pelampiasan pada hal-hal negatif dan membahayakan.

Disamping itu, dinas pendidikan Surabaya juga bekerjasama dengan BNN untuk aktif berkampanye anti narkoba dengan memasukkan kurikulum anti narkoba pada pembelajaran tematik yang ada. Satu lagi program yang telah berjalan hampir satu tahun adalah “kampunge arek suroboyo” dimana mencoba mengaktifkan kembali seluruh lapisan masyarakat agar mampu berperan sebagai ‘orangtua’ bagi setiap anak di Surabaya.
 
Pak Ikhsan menutup pemaparannya dengan peribahasa dari Arab “jangan mengharapkan bayangan itu lurus, jika barang aslinya bengkok”. Beliau menganalogikan bahwa orangtua adalah barang asli dan bayangan adalah anak, maka jika ingin memiliki anak yang baik, sukses, maka jadilah orangtua yang baik. Dan forum kongkow parenting adalah salah satu sarana belajar orangtua untuk berproses menjadi orangtua yang baik untuk anak-anaknya.

 Pembicara berikutnya adalah Bp. Munif Chatib. Pakar parenting yang sudah tidak asing dengan karya-karyanya yang fenomenal diantaranya “orangtuanya manusia”. Beliau membuka pemaparan materinya dengan menyampaikan kenapa forum parenting itu PENTING. Diantaranya adalah karena kebutuhan sekolah, kepentingan kinerja pekerja di perusahaan dan kebutuhan Negara Indonesia.

Parenting diawali adalah dengan mengenali anak kita. 
Dan pelajaran hari ini terdapat 9 poin yaitu :
1.       Anak kita bukan KITA. Puisi yang ditulis Khalil Gibran menjadi dasar renungan bagi kami sebagai peserta saat itu. Disamping itu Mendikbud kita, Bp. Anis Baswedan menyampaikan bahwa : anak-anak kita hidup di abad 21, orangtuanya hidup diabad 20 sedang sekolah-sekolah yang ada masih dengan sistem abad 19. Sungguh jurang yang harus disadari setiap orangtua, bahwa tantangan anak-anak kita berbeda dengan orangtuanya maka sebagai orangtua harus terus belajar memahami situasi untuk dapat menerapkan pola asuh yang tepat.
2.      Yakin, setiap anak memiliki potensi, bagaimanapun kondisinya. Pak Munif kembali menceritakan kisah yang sudah beliau sampaikan dibuku “orangtuanya manusia” yaitu kisah Achmad. Dimana Achmad adalah menyandang cerebral palsy yang membawa pengaruh sangat banyak bagi orangtuanya, sehingga orangtuanya berubah menjadi orangtuanya manusia, bertransformasi sebagai seseorang yang selalu mendekati Sang PenciptaNya.
Potensi seorang anak dapat muncul sebagai KEMAMPUAN anak atau muncul sebagai PENGARUH pada lingkungannya.
3.      Potensi itu BAKAT, fitrah dari TUHAN. Sifatnya terpendam, harus dipantik, dipengaruhi pola asuh serta ada kemungkinan tidak muncul jika tidak ada pemantik dan kesempatan yang muncul.
4.      Bakat, terkait dengan pemenuhan kebutuhan anak. Seorang anak dimungkinkan tidak memunculkan bakatnya dikarenakan belum terpenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, orangtua haruslah peka terhadap kebutuhan anak.
5.      Bakat terlihat dari RASA SUKA. Kenali rasa suka anak akan suatu hal.
6.      Bakat biasanya memunculkan banyak SPECIAL MOMENT atau kejadian yang luar biasa.
7.       Bakat itu Pembelajar Cepat. Rasa suka yang ditemukan harus ditindak lanjutu dengan merumahakademiskan (ada silabus), jika dipelajari dengan cepat maka itulah abakat anak kita. Namun jika terhambat, jangan dipaksa.
8.      Orangtua harus menjadi KATALISATOR bakat anak. Berikan pengalaman yang menyenangkan pada anak-anak kita. Jangan terus melihat kelemahan anak.
9.      Sekolah harus menjadi Pengembang bakat anak.



Kongkow parenting juga diakhiri dengan sesi sharing dan Tanya jawab dari beberapa peserta. Banyak pelajaran yang didapatkan dari forum ini, semoga istiqomah, berkembang dan berkah. Amiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar